Minggu, 16 Desember 2012

Hubungan Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan dengan Kualitas Pelayanan di Puskesmas Long Ikis Kabupaten Paser Tahun 2012




ABSTRAK

            Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan Dengan Kualitas Pelayanan di puskesmas Long Ikis Kabupaten Paser tahun 2012.
            Jenis penelitian ini adalah deskriptif  yaitu yang bermaksud untuk mendeskrifsikan atau menggambarkan “apa adanya” , Populasi 36 responden, penarikan sampel metode Total Populasi dengan jumlah sampel 36 responden. Pengumuman data dilakukan dengan observasi, kuesioner, kepustakaan, dokumentasi dan arsip. Analisa deskriptif : pengambilan kesimpulan. Dari hasil penelitian didapatkan Reliability / Kehandalan petugas kategori baik 75%% dan kurang 25%. Responsiveness  / Ketanggapan petugas kategori baik 86.11% dan kurang 13.89%. Assurance / Jaminan petugas Kesehatan seluruhnya kategori baik 100%. Empathy / Perhatian petugas kategori baik 61.11% dan kurang 38.89%. Tangibles / Bukti Fisik petugas kategori baik 52.78% dan kurang 47.22%. Motivasi Kerja tenaga Kesehatan kategori tinggi 72.22% dan rendah 27.28%. Hasil statistik uji chi-square test (x2) didapatkan nilai kemaknaan p = 0,000 < a = 0,05 artinya ada hubungan yang sangat bermakna antara motivasi kerja tenaga kesehatan dengan kualitas pelayanan petugas.
            Disarankan agar petugas dapat mendedikasikan diri dengan baik pada masyarakat dan petugas hendaknya mengembangkan diri, memberikan penyuluhan dan pelayanan yang baik sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat.





BAB I
PENDAHULUAN
 A Latar Belakang
            Arah kebijaksanaan dalam bidang kesehatan yang diamanatkan dalam ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1999 tentang GHBN 1999/2004 salah satunya adalah meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling  mendukung dengan pendekatan paradigma sehat yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut (Depkes RI 2000).
            Menurut Menteri Kesehatan DR. Dr. Siti Fadilah Supari , Sp. JP(K), untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap kesehatan harus dilandasi oleh mutu, antara lain mutu pelayanan kesehatan. Secara umum ada Sembilan syarat pelayanan kesehatan baik yang baik. Yakni ketersediaan (available), menyeluruh (comprehensive), berkesinambungan (countinues,) terpadu (integrated), wajar (appropiate), dapat terima (acceppable), bermutu (quality), tercapai (accessible), terjangkau (affordable)  (www.Depkes.co.id  2005).
            Puskesmas adalah suatu unit pelayanan kesehatan yang merupakan ujung tombak dari pelaksanaan program kesehatan berfungsi dalam memberikan pelayanan dasar bermutu secara merata kepada masyarakat, oleh karena itu mutu pelayanan diberikan sebaiknya sesuai dengan program kesehatan.
            Mengingat bahwa manusia mempunyai peranan penting dalam setiap perilaku organisasi, untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia membutuhkan kerja. Kerja dipandang sebagai kekuatan pendorong perkembangan  manusia. Semua proses mental dianggap sebagai segi-segi kegiatan, pemikiran yang sadar dipandang sebagai proses mental terpenting (Rom Harre & Ronger Lamb, 1996).
            Motivasi kerja pegawai merupakan salah satu aspek yang penting diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya manusia suatu organisasi agar dalam pelaksanaan organisasi dapat mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditatapkan secara berdaya guna dan berhasil guna. Dengan tingkat motivasi kerja yang tinggi akan diperoleh penampilan kerja yang tinggi pula dan memberikan andil besar dalam pencapaian tujuan organisasi. Dengan motivasi diharapkan tidak melalaikan tugas/kewajiban yang telah dipercayakan oleh organisasi tempat kerja.
            Untuk dapat memelihara dan meningkatkan motivasi kerja pegawai dalam suatu instansi bukanlah pekerjaan yang mudah dalam pelaksanaannya, mengingat masalah pegawai memiliki permasalahan yang kompleks berkaitan hasrat kemanusiaan dengan banyak  faktor  yang saling berpengaruh baik secara internal maupun secara eksternal.

B. Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan dalam penelitian ini adalah “ Hubungan motivasi kerja tenaga kesehatan dengan kualitas pelayanan di Puskesmas Long Ikis Kabupaten Paser ?”
C. Tujuan Penelitian
           Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi kerja tenaga kesehatan dengan kualitas pelayanan di Puskesmas Long Ikis Kabupaten Paser tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian
     1.     Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pengelola program dalam penentuan  kebijakan Dinas Kesehatan khususnya dalam pengembangan tenaga kesehatan Kabupaten Paser khususnya Puskesmas Long Ikis Kecamatan Long Ikis di masa mendatang.
     2.     Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya di bidang kesehatan Kabupaten Paser.
     3.     Bagi peneliti merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam memperluas wawasan dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan.
     4.     Sebagai dasar bahan penelitian ilmiah selanjutnya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Motivasi Kerja
A.1 Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan kondisi psikologis dari hasil interaksi kebutuhan karyawan dan faktor luar yang mempengaruhi perilaku seorang karyawan. (Danim 2001 : 25). Motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang  memberikan energi, mendorong kegiatan dan mengarahkan perilaku kearah  mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan. (Berelson dan Stainer 2002 : 67).
Dari definisi diatas, maka motivasi dapat didefinisikan sebagai masalah yang  sangat    penting dalam setiap usaha kelompok orang yang bekerja sama untuk  mencapai tujuan organisasi, masalah motivasi dapat dianggap simpel karena pada  dasarnya manusia mudah dimotivasi, dengan memberikan apa yang  diinginkannya. 

A.2 Teori Motivasi
Siagian (2002 : 106) mengemukakan dalam pengembangan konsep-konsep  motivasi, telah berkembang teori-teori motivasi yang dapat memberikan  penjelasan mengenai motivasi kerja para anggota organisasi, mulai dari teori  motivasi seperti  teori hirarki kebutuhan dari maslow, teori X dan Y oleh Mc  Gregor, teori motivasi 7 Hygiene oleh herzberg, teori Existence, relatedness, dan  Growth (ERG) dari  Al defer, teori kebutuhan dari Mc Clelland yang kesemuanya  bertitik tolak dari kebutuhan individu.  

a).   Motivasi menurut Douglas Mc. Gregar      
             Hasil pemikiran Mc. Gregar dituangkannya dalam karya tulis dengan judul     The Human Side of Enterprise. Kesimpulan yang menonjol dalam karya  Mc. Gregar ialah pendapatnya yang menyatakan bahwa para manajer menggolongkan para bawahannya pada dua kategori berdasarkan asumsi   tertentu. Asumsi pertama ialah bahwa para bawahan tidak menyenangi  pekerjaan, pemalas, tidak senang memikul tanggungjawab dan harus dipaksa untuk menghasilkan sesuatu. Para bawahan yang berciri seperti itu   dikategorikan sebagai “manusia X” sebaliknya dalam organisasi terdapat pola para karyawan yang senang bekerja, kreatif, menyenangi tanggungjawab dan mampu mengendalikan diri, mereka dikategorikan sebagai “Manusia Y”.  
b). Motivasi menurut Frederik Herzberg 
Teori Herzberg disebut  sebagai “teori motivasi dan  hygiene”. Penelitian  yang dilakukan dalam pengembangan teori ini dikaitkan dengan pandangan para karyawan tentang pekerjaannya. Faktor-faktor yang mendorong aspek  motivasi menurut Frederik Herzberg ialah keberhasilan, pengakuan, sifat  pekerjaan yang menjadi tanggung  jawab seseorang, kesempatan meraih kemajuan dan pertumbuhan. Sedangkan faktor-faktor    hygiene    yang menonjol ialah kebijaksanaan perusahaan. Kondisi pekerjaan, upah dan gaji,   hubungan dengan  rekan sekerja, kehidupan pribadi, hubungan dengan para  bawahan, status dan keamanan.
c). Harapan           
            Dalam pengharapan (Victor Vroom), motivasi kerja seseorang sangat  ditentukan khusus yang akan dicapai orang yang bersangkutan. Harapan yang ingin dicapai karyawan antara lain : 
a.       upah atau gaji yang sesuai      
b.      keamanan kerja yang terjamin     
c.       kehormatan dan pengakuan       
d.      perlakuan yang adil        
e.       pimpinan yang cakap, jujur dan berwibawa                
f.       suasana kerja yang menarik       
g.      jabatan yang menarik  

d).  Motivasi menurut Mc. Clelland dan Atkinson    
                  Mc. Clelland dan Atkinson menampilkan adanya tiga macam motif utama  manusia dalam bekerja, yaitu  : kebutuhan merasa berhasil, kebutuhan untuk  bergaul atau berteman dan kebutuhan untuk berkuasa. Sekalipun semua orang  mempunyai kebutuhan atau motif ini namun kekuatan pengaruh  kebutuhan  ini tidak sama kuatnya pada setiap saat atau pada saat yang berbeda. Namun  demikian Mc. Clelland dan Atkinson  sudah menggunakan teori mereka ini untuk meningkatkan kinerja suatu pekerjaan dengan jalan menyesuaikan  kondisi sedemikian rupa sehingga dapat menggerakan orang    kearah  pencapaian hasil yang diinginkan.

e).  Existence, relatedness, dan Growth (ERG)    
                  Teori ini dikembangkan oleh Clayton Aldefer, seorang guru besar di        Universitas Yale di Amerika Serikat. Alderfer mengetengahkan teori yang  mengatakan bahwa menusia mempunyai tiga kelompok kebutuhan “inti” (core needs)  yang disebutnya eksistensi, hubungan dan pertumbuhan   (existence, relatedness, and Growth – ERG).       
                   
f).  Cognitive dissonance         
                  Teori ini dikemukakan oleh Reslinger menyatakan bahwa karyawan yang   memiliki motivasi lebih baik (tinggi) akan memperbaiki kesalahan atau  merasa khawatir, jika kinerja mereka di bawah tingkat perngharapannya  (rendah). Untuk mengurangi kesalahan dan rasa dan kekhawatiran  tersebut,  mereka secara sukarela mencoba memperbaiki  kinerja mereka.   

A.3 Jenis-Jenis Motivasi
Motivasi merupakan fenomena hidup yang banyak corak dan ragamnya.
Secara umum motivasi dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis yang satu  sama lain memberi warna terhadap aktivitas manusia.Danim  (2001:17),  menyatakan bahwa  motivasi yang diberikan digolongkan   menjadiempat bagian:
1.      Motivasi Positif        
                  Motivasi positif adalah proses pemberian motivasi atau usaha  membangkitkan motif, dimana   hal itu diarahkan pada usaha  mempengaruhi  orang lain agar dia bekerja secara baik dan antusias dengan cara memberikan  keuntungan tertentu kepadanya.
2.      Motivasi Negatif        
                  Motivasi negatif sering dikatakan sebagai motivasi yang   bersumber dari     rasa  takut.  Motivasi negatif yang berlebihan akan membuat organisasi  tidak mampu mencapai tujuan.
3.      Motivasi dari Dalam            
                  Motivasi dari dalam timbul pada diri  pekerja waktu dia menjalankan  tugaas -tugas atau pekerjaan dan bersumber dari dalam diri pekerja iu sendiri.            
4.      Motivasi dari luar        
                  Motivasi dari luar    adalah motivasi yang muncul sebagai  akibat adanya  pengaruh yang ada di luar pekerjaan dan dari luar diri pekerja itu sendiri.

A.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi 
Motivasi timbul karena dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri manusia dan  faktor dari luar diri manusia. Faktor dalam diri manusia (disebut motivasi internal)  berupa sikap, pendidikan, kepribadian, pengalaman, pengetahuan, dan  cita-cita.  Sedangkan faktor luar diri manusia  (motivasi ekternal) berupa gaya  kepemimpinan atasan, dorongan atau bimbingan seseorang, dan perkembangan  situasi (Wursanto, 2000: 131).

B.     Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu  wilayah kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan  kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari  tugas teknis operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan unit  pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia  (Sulastomo, 2007).
            Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya pembangunan  kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota sesuai  dengan kemampuannya. Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila disatu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas,  maka tanggung jawab wilayah keja dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan  keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan, RW), dan masing-masing puskesmas  tersebut secara operasional bertanggung jawab langsung kepada dinas kesehatan  kabupaten/ kota (Sulastomo, 2007).
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah  tercapainya kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat  adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui  pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup didalam lingkungan dengan  perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi- tingginya (Sulastomo, 2007).
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas adalah  mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional,  yaitu :
1.      Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya. 
2.      Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah   kerjanya.  
3.      Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan  kesehatan yang diselenggarakan puskesmas. 
4.      Memelihara dan meningkatkan kesehatan per orangan, keluarga, dan masyarakat,  serta lingkungannya (Depkes RI, 2003).

C.    Kualitas Pelayanan

Kata mutu atau kualitas memiliki banyak defenisi yang berbeda. Menurut  Ibrahim (2000:1),  kualitas adalah suatu strategi dasar bisnis yang menghasilkan barang dan  jasa yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan internal dan eksternal.  Strategi ini menggunakan kemampuan sumber daya manajemen, modal  dan teknologi, peralatan, material sistem dan manusia untuk  menghasilkan barang dan jasa bernilai tambah bagi manfaat serta  memberi keuntungan kepada para pemegang saham. 
Menurut Prawirosentono (2000:6),  “kualitas suatu produk adalah suatu  kondisi fisik, sifat, dan kegunaan suatu barang yang dapat memberi  kepuasan konsumen secara fisik maupun psikologis, sesuai dengan nilai  uang yang dikeluarkan”. Dari definisi-definisi di atas, kata kualitas memiliki  banyak pengertian, tetapi pada dasarnya mengacu pada pengertian pokok  sebagai berikut:
a.  Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b.  Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan.
c.   Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah.
Menurut Tjiptono dan Anastasia (2003:34), terdapat lima sumber kualitas  yang dapat dijabarkan sebagai berikut, yaitu:
a.       Program, kebijakan, dan sikap yang melibatkan komitmen dari  manajemen puncak.
b.      Sistem informasi yang menekankan ketepatan, baik pada waktu  maupun detail.
c.       Desain produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif  produk sebelum
dilepas ke pasar.
d.      Kebijakan produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang terpelihara baik, pekerja yang terlatih baik, dan penemuan  penyimpangan secara cepat.
e.       Manajemen vendor yang menekankan kualitas sebagai sasaran  utama. 

Pelayanan berasal dari kata  service  yang berarti melayani. Pelayanan  adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang  melibatkan usaha-usaha manusia dan penggunaan peralatan.  Tugas utama  dari setiap instansi pemerintahan adalah memberikan pelayanan atau  menyelenggarakan pelayanan publik (public service) agar terwujud  kesejahteraan bagi rakyat. Pelayanan publik oleh birokrasi publik adalah  salah satu perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat  di samping sebagai abdi negara. Eksistensi lembaga negara, termasuk di  dalamnya  pelayan masyarakat,  pada hakikatnya  tidak dimaksudkan untuk  melayani dirinya sendiri, melainkan  untuk memberikan atau melayani  masyarakat. Oleh karena itu, birokrasi publik berkewajiban dan bertanggung  jawab untuk memberikan pelayanan publik yang baik dan profesional.
Menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi (2001:148), terdapat dua faktor  utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu:
a.       Pelayananan yang diharapkan (expected service)
b.      Pelayanan yang diterima (perceived service)
Menurut Tjiptono dan Anastasia  (2003:27), ada lima karakteristik yang  digunakan oleh pelanggan dalam mengevaluasi kualitas pelayanan, yaitu:
a.       Bukti langsung (tangibles),  meliputi fasilitas fisik, perlengkapan,  pegawai, dan sarana komunikasi.
b.       Kehandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
c.       Daya tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
d.      Jaminan (assurance), mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat  dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya resiko atau  keragu-raguan.
e.       Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan  komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan para pelanggan.











BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian

      Jenis penelitian ini adalah deskriptif  untuk  mendapatkan gambaran mengenai motivasi kerja tenaga kesehatan dengan kualitas pelayanan di Puskesmas Long Ikis Kabupaten Paser tahun 2012.
B.     Lokasi dan Waktu Penelitian
           
            Lokasi penelitian ini dilaksanakan diwilayah kerja Puskesmas Long Ikis Kecamatan Long Ikis, penelitian dimulai dengan penyusunan proposal, pra proposal, seminar proposal, pelaksanaan penelitian dan akan ujian hasil dimulai bulan April sampai dengan Nopember 2012.

C.    Populasi dan Sampel

1.      Populasi
            Populasi adalah semua petugas pelayanan kesehatan di Puskesmas Long Ikis yaitu, perawat, bidan, petugas gizi, gigi, petugas apotik, laboratorium dan petugas loket kartu terdapat 36 orang tenaga.

2.      Sampel
            Pengambilan sampel dilakukan dengan cara “total populasi” yaitu petugas pelayanan kesehatan sebanyak 36 orang.

D.    Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif

1.      Kualitas Pelayanan adalah kesempurnaan pelayanan pada pasien yang diberikan oleh petugas puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien antara lain :
a.       Reliability / kehandalan petugas puskesmas.
b.      Resposiveness / ketanggapan petugas puskesmas.
c.       Assurance / jaminan petugas puskesmas.
d.      Empathy / perhatian petugas puskesmas.
e.       Tangibles / bukti fisik petugas puskesmas.

Kriteria Objektif :
           
            Pelaksanaan penilaian kualitas pelayanan kesehatan ini terdiri dari 5 indikator yaitu : kehandalan, ketanggapan, jaminan, perhatian dan penampilan fisik yang merujuk pada skala Likert, dimana setiap pertanyaan mempunyai skoring 1 – 5 dimana :
1)      Skor 5 : Bila responden menjawab sangat setuju.
2)      Skor 4 : Bila responden menjawab setuju.
3)      Skor 3 : Bila responden menjawab kadang-kadang, ragu-ragu.
4)      Skor 2 : Bila responden menjawab tidak setuju.
5)      Skor 1 : Bila responden menjawab sangat tidak setuju.
Sehingga jumlah kemungkinan diperoleh skor nilai adalah :
1)      Skor terendah : 1 x 5 = (0%)
2)      Skor tertinggi : 5 x 5 = 25 (100%)
Kriteria  yang diharapkan  =  2 kategori yakni Baik dan Kurang
                                             =  100% / 2
                                             =  50%
Jadi diperoleh :
1)      Baik : Jika jawaban responden ≥50%
2)      Kurang : Jika jawaban responden < 50%





2.                  Motivasi Kerja
Kriteria obyektif
            Pelaksanaan penelitian motivasi kerja tenaga kesehatan pengukuran dengan menggunakan skala Likert, dimana  setiap pertanyaan mempunyai skoring 1 – 5 dimana :
1)      Skor 5 : Bila responden menjawab sangat setuju.
2)      Skor 4 : Bila responden menjawab setuju.
3)      Skor 3 : Bila responden menjawab kadang-kadang, ragu-ragu.
4)      Skor 2 : Bila responden menjawab tidak setuju.
5)      Skor 1 : Bila responden menjawab sangat tidak setuju.
Sehingga jumlah kemungkinan diperoleh skor nilai adalah :
3)      Skor terendah : 1 x 5 = (0%)
4)      Skor tertinggi : 5 x 5 = 25 (100%)
Kriteria  yang diharapkan  =  2 kategori yakni Baik dan Kurang
                                             =  100% / 2
                                             =  50%
Jadi diperoleh :
3)      Baik : Jika jawaban responden ≥50%
4)      Kurang : Jika jawaban responden < 50%

E.     Pengumpulan Data

1.      Pengumpulan Data
a)      Data Primer
Data primer diperoleh melalui angket yang dibagikan ke responden menggunakan daftar  kuesioner serta melakukan pengamatan langsung ke Petugas.
b)      Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui bagian pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Long Ikis Kecamatan Long Ikis Tahun 2012.

F.     Pengolahan dan Analisa Data

1.      Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer (program excel) dan hasil pengolahan data tersebut akan disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi disertai dengan interpretasi. Data yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel distribusi serta dianalisa secara deskriptif.
2.      Analisa Data
Data yang sudah diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian akan dianalisis secara statistik untuk mengetahui hubungan motivasi tenaga kesehatan dengan kualitas pelayanan di Puskesmas Long Ikis Kabupaten Paser.


                                                           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar