ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui Hubungan Motivasi Kerja Tenaga Kesehatan Dengan Kualitas Pelayanan
di puskesmas Long Ikis Kabupaten Paser tahun 2012.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif yaitu yang bermaksud untuk mendeskrifsikan
atau menggambarkan “apa adanya” , Populasi 36 responden, penarikan sampel
metode Total Populasi dengan jumlah
sampel 36 responden. Pengumuman data dilakukan dengan observasi, kuesioner,
kepustakaan, dokumentasi dan arsip. Analisa deskriptif
: pengambilan kesimpulan. Dari hasil penelitian didapatkan Reliability /
Kehandalan petugas kategori baik 75%% dan kurang 25%. Responsiveness / Ketanggapan
petugas kategori baik 86.11% dan kurang 13.89%. Assurance / Jaminan petugas Kesehatan seluruhnya kategori baik
100%. Empathy / Perhatian petugas kategori baik 61.11% dan kurang 38.89%. Tangibles / Bukti Fisik petugas kategori
baik 52.78% dan kurang 47.22%. Motivasi Kerja tenaga Kesehatan kategori tinggi
72.22% dan rendah 27.28%. Hasil statistik uji chi-square test (x2) didapatkan nilai kemaknaan p =
0,000 < a = 0,05 artinya ada
hubungan yang sangat bermakna antara motivasi kerja tenaga kesehatan dengan
kualitas pelayanan petugas.
Disarankan agar petugas dapat
mendedikasikan diri dengan baik pada masyarakat dan petugas hendaknya
mengembangkan diri, memberikan penyuluhan dan pelayanan yang baik sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh masyarakat.
BAB
I
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Arah kebijaksanaan dalam bidang
kesehatan yang diamanatkan dalam ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1999 tentang GHBN
1999/2004 salah satunya adalah meningkatkan mutu sumber daya manusia dan
lingkungan yang saling mendukung dengan
pendekatan paradigma sehat yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan
dalam kandungan sampai usia lanjut (Depkes RI 2000).
Menurut Menteri Kesehatan DR. Dr.
Siti Fadilah Supari , Sp. JP(K), untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan
masyarakat terhadap kesehatan harus dilandasi oleh mutu, antara lain mutu
pelayanan kesehatan. Secara umum ada Sembilan syarat pelayanan kesehatan baik
yang baik. Yakni ketersediaan (available),
menyeluruh (comprehensive),
berkesinambungan (countinues,)
terpadu (integrated), wajar (appropiate), dapat terima (acceppable), bermutu (quality), tercapai (accessible), terjangkau (affordable)
(www.Depkes.co.id 2005).
Puskesmas adalah suatu unit
pelayanan kesehatan yang merupakan ujung tombak dari pelaksanaan program
kesehatan berfungsi dalam memberikan pelayanan dasar bermutu secara merata
kepada masyarakat, oleh karena itu mutu pelayanan diberikan sebaiknya sesuai
dengan program kesehatan.
Mengingat bahwa manusia mempunyai
peranan penting dalam setiap perilaku organisasi, untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia membutuhkan kerja. Kerja dipandang sebagai kekuatan pendorong
perkembangan manusia. Semua proses
mental dianggap sebagai segi-segi kegiatan, pemikiran yang sadar dipandang
sebagai proses mental terpenting (Rom Harre & Ronger Lamb, 1996).
Motivasi kerja pegawai merupakan
salah satu aspek yang penting diperhatikan dalam pengelolaan sumber daya
manusia suatu organisasi agar dalam pelaksanaan organisasi dapat mencapai
tujuan dan sasaran yang telah ditatapkan secara berdaya guna dan berhasil guna.
Dengan tingkat motivasi kerja yang tinggi akan diperoleh penampilan kerja yang
tinggi pula dan memberikan andil besar dalam pencapaian tujuan organisasi.
Dengan motivasi diharapkan tidak melalaikan tugas/kewajiban yang telah
dipercayakan oleh organisasi tempat kerja.
Untuk dapat memelihara dan
meningkatkan motivasi kerja pegawai dalam suatu instansi bukanlah pekerjaan
yang mudah dalam pelaksanaannya, mengingat masalah pegawai memiliki
permasalahan yang kompleks berkaitan hasrat kemanusiaan dengan banyak faktor
yang saling berpengaruh baik secara internal maupun secara eksternal.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas maka rumusan dalam penelitian ini adalah “ Hubungan
motivasi kerja tenaga kesehatan dengan kualitas pelayanan di Puskesmas Long
Ikis Kabupaten Paser ?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi kerja tenaga kesehatan
dengan kualitas pelayanan di Puskesmas Long Ikis Kabupaten Paser tahun 2012.
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi
masukan bagi pengelola program dalam penentuan
kebijakan Dinas Kesehatan khususnya dalam pengembangan tenaga kesehatan
Kabupaten Paser khususnya Puskesmas Long Ikis Kecamatan Long Ikis di masa
mendatang.
2. Hasil penelitian ini
diharapkan menjadi bahan bacaan bagi peneliti selanjutnya di bidang kesehatan
Kabupaten Paser.
3. Bagi peneliti
merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam memperluas wawasan dan
mengaplikasikan ilmu pengetahuan.
4. Sebagai dasar bahan
penelitian ilmiah selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Motivasi Kerja
A.1 Pengertian Motivasi
Motivasi merupakan kondisi psikologis dari hasil
interaksi kebutuhan karyawan dan faktor luar yang mempengaruhi perilaku seorang
karyawan. (Danim 2001 : 25). Motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental
manusia yang memberikan energi,
mendorong kegiatan dan mengarahkan perilaku kearah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan. (Berelson
dan Stainer 2002 : 67).
Dari definisi diatas, maka motivasi dapat didefinisikan
sebagai masalah yang sangat penting dalam setiap usaha kelompok orang
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan
organisasi, masalah motivasi dapat dianggap simpel karena pada dasarnya manusia mudah dimotivasi, dengan
memberikan apa yang diinginkannya.
A.2
Teori Motivasi
Siagian (2002 : 106) mengemukakan dalam pengembangan
konsep-konsep motivasi, telah berkembang
teori-teori motivasi yang dapat memberikan penjelasan mengenai motivasi kerja para
anggota organisasi, mulai dari teori motivasi
seperti teori hirarki kebutuhan dari
maslow, teori X dan Y oleh Mc Gregor,
teori motivasi 7 Hygiene oleh herzberg, teori Existence, relatedness, dan Growth (ERG) dari Al defer, teori kebutuhan dari Mc Clelland
yang kesemuanya bertitik tolak dari kebutuhan
individu.
a). Motivasi menurut Douglas Mc. Gregar
Hasil pemikiran Mc. Gregar dituangkannya dalam
karya tulis dengan judul The Human Side of Enterprise. Kesimpulan yang
menonjol dalam karya Mc. Gregar ialah
pendapatnya yang menyatakan bahwa para manajer menggolongkan para bawahannya
pada dua kategori berdasarkan asumsi
tertentu. Asumsi pertama ialah bahwa para bawahan tidak menyenangi pekerjaan, pemalas, tidak senang memikul tanggungjawab
dan harus dipaksa untuk menghasilkan sesuatu. Para bawahan yang berciri seperti
itu dikategorikan sebagai “manusia X” sebaliknya
dalam organisasi terdapat pola para karyawan yang senang bekerja, kreatif,
menyenangi tanggungjawab dan mampu mengendalikan diri, mereka dikategorikan
sebagai “Manusia Y”.
b).
Motivasi menurut Frederik Herzberg
Teori Herzberg disebut sebagai “teori motivasi dan hygiene”. Penelitian yang dilakukan dalam pengembangan teori ini
dikaitkan dengan pandangan para karyawan tentang pekerjaannya. Faktor-faktor
yang mendorong aspek motivasi menurut
Frederik Herzberg ialah keberhasilan, pengakuan, sifat pekerjaan yang menjadi tanggung jawab seseorang, kesempatan meraih kemajuan
dan pertumbuhan. Sedangkan faktor-faktor
hygiene yang menonjol ialah
kebijaksanaan perusahaan. Kondisi pekerjaan, upah dan gaji, hubungan dengan rekan sekerja, kehidupan pribadi, hubungan
dengan para bawahan, status dan
keamanan.
c).
Harapan
Dalam
pengharapan (Victor Vroom), motivasi kerja seseorang sangat ditentukan khusus yang akan dicapai orang yang
bersangkutan. Harapan yang ingin dicapai karyawan antara lain :
a. upah
atau gaji yang sesuai
b. keamanan
kerja yang terjamin
c. kehormatan
dan pengakuan
d. perlakuan
yang adil
e. pimpinan
yang cakap, jujur dan berwibawa
f. suasana
kerja yang menarik
g. jabatan
yang menarik
d). Motivasi menurut Mc. Clelland dan
Atkinson
Mc.
Clelland dan Atkinson menampilkan adanya tiga macam motif utama manusia dalam bekerja, yaitu : kebutuhan merasa berhasil, kebutuhan
untuk bergaul atau berteman dan
kebutuhan untuk berkuasa. Sekalipun semua orang mempunyai kebutuhan atau motif ini namun
kekuatan pengaruh kebutuhan ini tidak sama kuatnya pada setiap saat atau
pada saat yang berbeda. Namun demikian
Mc. Clelland dan Atkinson sudah
menggunakan teori mereka ini untuk meningkatkan kinerja suatu pekerjaan dengan
jalan menyesuaikan kondisi sedemikian
rupa sehingga dapat menggerakan orang
kearah pencapaian hasil yang
diinginkan.
e). Existence, relatedness, dan Growth (ERG)
Teori
ini dikembangkan oleh Clayton Aldefer, seorang guru besar di Universitas
Yale di Amerika Serikat. Alderfer mengetengahkan teori yang mengatakan bahwa menusia mempunyai tiga
kelompok kebutuhan “inti” (core needs)
yang disebutnya eksistensi, hubungan dan pertumbuhan (existence, relatedness, and Growth –
ERG).
f). Cognitive dissonance
Teori ini dikemukakan oleh
Reslinger menyatakan bahwa karyawan yang memiliki motivasi lebih baik (tinggi) akan
memperbaiki kesalahan atau merasa
khawatir, jika kinerja mereka di bawah tingkat perngharapannya (rendah). Untuk mengurangi kesalahan dan rasa
dan kekhawatiran tersebut, mereka secara sukarela mencoba
memperbaiki kinerja mereka.
A.3 Jenis-Jenis
Motivasi
Motivasi
merupakan fenomena hidup yang banyak corak dan ragamnya.
Secara umum motivasi
dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis yang satu sama lain memberi warna terhadap aktivitas
manusia.Danim (2001:17), menyatakan bahwa motivasi yang diberikan digolongkan menjadiempat bagian:
1. Motivasi
Positif
Motivasi
positif adalah proses pemberian motivasi atau usaha membangkitkan motif, dimana hal itu diarahkan pada usaha mempengaruhi orang lain agar dia bekerja secara baik dan
antusias dengan cara memberikan keuntungan
tertentu kepadanya.
2. Motivasi
Negatif
Motivasi
negatif sering dikatakan sebagai motivasi yang
bersumber dari rasa
takut. Motivasi negatif yang
berlebihan akan membuat organisasi tidak
mampu mencapai tujuan.
3. Motivasi
dari Dalam
Motivasi
dari dalam timbul pada diri pekerja
waktu dia menjalankan tugaas -tugas atau
pekerjaan dan bersumber dari dalam diri pekerja iu sendiri.
4. Motivasi
dari luar
Motivasi
dari luar adalah motivasi yang muncul
sebagai akibat adanya pengaruh yang ada di luar pekerjaan dan dari
luar diri pekerja itu sendiri.
A.4 Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhi Motivasi
Motivasi
timbul karena dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri manusia dan faktor dari luar diri manusia. Faktor dalam
diri manusia (disebut motivasi internal) berupa sikap, pendidikan, kepribadian,
pengalaman, pengetahuan, dan cita-cita. Sedangkan faktor luar diri manusia (motivasi ekternal) berupa gaya kepemimpinan atasan, dorongan atau bimbingan
seseorang, dan perkembangan situasi
(Wursanto, 2000: 131).
B. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas
kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah
kerja. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota (UPTD). Puskesmas berperan
menyelenggarakan sebagian dari tugas
teknis operasional dinas kesehatan kabupaten atau kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung tombak
pembangunan kesehatan di Indonesia (Sulastomo,
2007).
Puskesmas
hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten atau Kota sesuai dengan
kemampuannya. Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan.
Tetapi apabila disatu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah keja dibagi antar
puskesmas dengan memperhatikan keutuhan
konsep wilayah (desa, kelurahan, RW), dan masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab
langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota (Sulastomo, 2007).
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh
puskesmas adalah tercapainya kecamatan
sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Kecamatan sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa
depan yang ingin dicapai melalui pembangunan
kesehatan, yakni masyarakat yang hidup didalam lingkungan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi- tingginya (Sulastomo, 2007).
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan
puskesmas adalah mendukung tercapainya
misi pembangunan kesehatan nasional,
yaitu :
1. Menggerakkan
pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
2. Mendorong
kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.
3. Memelihara
dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan puskesmas.
4. Memelihara
dan meningkatkan kesehatan per orangan, keluarga, dan masyarakat, serta lingkungannya (Depkes RI, 2003).
C.
Kualitas
Pelayanan
Kata mutu atau kualitas memiliki banyak
defenisi yang berbeda. Menurut Ibrahim
(2000:1), kualitas adalah suatu strategi
dasar bisnis yang menghasilkan barang dan jasa yang memenuhi kebutuhan dan kepuasan
internal dan eksternal. Strategi ini
menggunakan kemampuan sumber daya manajemen, modal dan teknologi, peralatan, material sistem dan
manusia untuk menghasilkan barang dan
jasa bernilai tambah bagi manfaat serta memberi
keuntungan kepada para pemegang saham.
Menurut Prawirosentono (2000:6), “kualitas suatu produk adalah suatu kondisi fisik, sifat, dan kegunaan suatu
barang yang dapat memberi kepuasan
konsumen secara fisik maupun psikologis, sesuai dengan nilai uang yang dikeluarkan”. Dari definisi-definisi
di atas, kata kualitas memiliki banyak
pengertian, tetapi pada dasarnya mengacu pada pengertian pokok sebagai berikut:
a. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan.
b. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia,
proses, dan lingkungan.
c. Kualitas merupakan kondisi yang selalu
berubah.
Menurut Tjiptono dan Anastasia
(2003:34), terdapat lima sumber kualitas yang dapat dijabarkan sebagai berikut, yaitu:
a. Program,
kebijakan, dan sikap yang melibatkan komitmen dari manajemen puncak.
b. Sistem
informasi yang menekankan ketepatan, baik pada waktu maupun detail.
c. Desain
produk yang menekankan keandalan dan perjanjian ekstensif produk sebelum
dilepas ke pasar.
d. Kebijakan
produksi dan tenaga kerja yang menekankan peralatan yang terpelihara baik,
pekerja yang terlatih baik, dan penemuan penyimpangan secara cepat.
e. Manajemen
vendor yang menekankan kualitas sebagai sasaran utama.
Pelayanan berasal dari kata service
yang berarti melayani. Pelayanan adalah
produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha manusia dan penggunaan
peralatan. Tugas utama dari setiap instansi pemerintahan adalah
memberikan pelayanan atau menyelenggarakan
pelayanan publik (public service) agar terwujud kesejahteraan bagi rakyat. Pelayanan publik
oleh birokrasi publik adalah salah satu
perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat di samping sebagai abdi negara. Eksistensi
lembaga negara, termasuk di dalamnya pelayan masyarakat, pada hakikatnya tidak dimaksudkan untuk melayani dirinya sendiri, melainkan untuk memberikan atau melayani masyarakat. Oleh karena itu, birokrasi publik
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk
memberikan pelayanan publik yang baik dan profesional.
Menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi
(2001:148), terdapat dua faktor utama
yang mempengaruhi kualitas pelayanan, yaitu:
a. Pelayananan
yang diharapkan (expected service)
b. Pelayanan
yang diterima (perceived service)
Menurut Tjiptono dan Anastasia (2003:27), ada lima karakteristik yang digunakan oleh pelanggan dalam mengevaluasi
kualitas pelayanan, yaitu:
a. Bukti
langsung (tangibles), meliputi fasilitas
fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana
komunikasi.
b. Kehandalan (reliability), yakni kemampuan
memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.
c. Daya
tanggap (responsiveness), yaitu keinginan para staf untuk membantu para
pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
d. Jaminan
(assurance), mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas
dari bahaya resiko atau keragu-raguan.
e. Empati,
meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan
para pelanggan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif
untuk mendapatkan gambaran
mengenai motivasi kerja tenaga kesehatan dengan kualitas pelayanan di Puskesmas
Long Ikis Kabupaten Paser tahun 2012.
B.
Lokasi
dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan
diwilayah kerja Puskesmas Long Ikis Kecamatan Long Ikis, penelitian dimulai
dengan penyusunan proposal, pra proposal, seminar proposal, pelaksanaan
penelitian dan akan ujian hasil dimulai bulan April sampai dengan Nopember
2012.
C.
Populasi
dan Sampel
1. Populasi
Populasi
adalah semua petugas pelayanan kesehatan di Puskesmas Long Ikis yaitu, perawat,
bidan, petugas gizi, gigi, petugas apotik, laboratorium dan petugas loket kartu
terdapat 36 orang tenaga.
2. Sampel
Pengambilan
sampel dilakukan dengan cara “total
populasi” yaitu petugas pelayanan kesehatan sebanyak 36 orang.
D.
Definisi
Operasional dan Kriteria Obyektif
1. Kualitas
Pelayanan adalah kesempurnaan pelayanan pada pasien yang diberikan oleh petugas
puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien antara lain :
a. Reliability / kehandalan
petugas puskesmas.
b. Resposiveness /
ketanggapan petugas puskesmas.
c. Assurance /
jaminan petugas puskesmas.
d. Empathy /
perhatian petugas puskesmas.
e. Tangibles /
bukti fisik petugas puskesmas.
Kriteria Objektif :
Pelaksanaan penilaian kualitas
pelayanan kesehatan ini terdiri dari 5 indikator yaitu : kehandalan,
ketanggapan, jaminan, perhatian dan penampilan fisik yang merujuk pada skala Likert, dimana setiap pertanyaan
mempunyai skoring 1 – 5 dimana :
1) Skor
5 : Bila responden menjawab sangat setuju.
2) Skor
4 : Bila responden menjawab setuju.
3) Skor
3 : Bila responden menjawab kadang-kadang, ragu-ragu.
4) Skor
2 : Bila responden menjawab tidak setuju.
5) Skor
1 : Bila responden menjawab sangat tidak setuju.
Sehingga
jumlah kemungkinan diperoleh skor nilai adalah :
1) Skor
terendah : 1 x 5 = (0%)
2) Skor
tertinggi : 5 x 5 = 25 (100%)
Kriteria
yang diharapkan = 2 kategori yakni Baik dan Kurang
= 100%
/ 2
= 50%
Jadi diperoleh :
1)
Baik : Jika jawaban responden ≥50%
2)
Kurang : Jika jawaban responden < 50%
2.
Motivasi Kerja
Kriteria obyektif
Pelaksanaan penelitian motivasi
kerja tenaga kesehatan pengukuran dengan menggunakan skala Likert, dimana setiap
pertanyaan mempunyai skoring 1 – 5 dimana :
1) Skor
5 : Bila responden menjawab sangat setuju.
2) Skor
4 : Bila responden menjawab setuju.
3) Skor
3 : Bila responden menjawab kadang-kadang, ragu-ragu.
4) Skor
2 : Bila responden menjawab tidak setuju.
5) Skor
1 : Bila responden menjawab sangat tidak setuju.
Sehingga
jumlah kemungkinan diperoleh skor nilai adalah :
3) Skor
terendah : 1 x 5 = (0%)
4) Skor
tertinggi : 5 x 5 = 25 (100%)
Kriteria
yang diharapkan = 2 kategori yakni Baik dan Kurang
= 100%
/ 2
= 50%
Jadi diperoleh :
3)
Baik : Jika jawaban responden ≥50%
4)
Kurang : Jika jawaban responden < 50%
E. Pengumpulan Data
1. Pengumpulan
Data
a)
Data Primer
Data
primer diperoleh melalui angket yang dibagikan ke responden menggunakan daftar kuesioner serta melakukan pengamatan langsung
ke Petugas.
b) Data
Sekunder
Data sekunder diperoleh
melalui bagian pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Long Ikis Kecamatan Long
Ikis Tahun 2012.
F.
Pengolahan
dan Analisa Data
1. Pengolahan
data
Pengolahan data dilakukan dengan
menggunakan komputer (program excel)
dan hasil pengolahan data tersebut akan disajikan dalam bentuk narasi, tabel
distribusi frekuensi disertai dengan interpretasi. Data yang telah diolah
disajikan dalam bentuk tabel distribusi serta dianalisa secara deskriptif.
2. Analisa Data
Data yang sudah
diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi kemudian akan
dianalisis secara statistik untuk mengetahui hubungan motivasi tenaga kesehatan
dengan kualitas pelayanan di Puskesmas Long Ikis Kabupaten Paser.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar